Sabtu, 13 Juli 2013
laporan lengkap aldehid dan keton
BAB I
PENDAHULUAN
a. latar belakang
menyebabkan bau kayu manis (sinaman) dan siveton (suatu keton) Pada banyak parfum yang digunakan untuk bau musky (menyengat, sumber arti dari semacam rusa) Formaldehida merupakan komponen dari berbagai material dalam bangunan rumah. Aldehida dan keton dicirikan oleh adanya gugus karbonil. Yang barangkali merupakan gugus penting dalam kimia organik aldehida memiliki sedikitnya 1 atom hidrogen melekat pada atom karbon karbonil. Gugus -CH=O yang merupakan arti dari aldehida sering disebut gugus formil pada ketan, atom karbon karbonil terhubung dengan dua atom karbon lain.
Banyak aldehida dan ketan mempunyai bau khas yang membedakan umumnya aldehida berbau merangsang dan keton berbau harum. Misalnya trans-sinamal dehida adalah komponen utama minyak kayu manis dan enantiomer-enantiomer karbon yang menimbulkan bau jintan dan tumbuhan permen.
Keton testosterone dan estron banyak di kenal sebagai hormone yang menimbulkan cirri seksual. Selain itu, kimiawi aldehida dan keton berperan penting dalam cara kita mencerna makanan dan bahkan dalam cara kita dapat melihat bahwa apa itu aldehid dan keton.
Aldehid dan keton di cirikan oleh adanya gugus karbonil, yang barangkali merupakan gugus fungsi paling penting dalam Latar Belakang
Aldehida dan keton adalah keluarga besar dari senyawa organik yang merasuk kedalam kehidupan sehari-hari kita. Senyawa ini menimbulkan bau wangi pada banyak buah-buahan dan parfum mahal. Contohnya, sinamaldehida (suatu aldehidakimi organik. Aldehida memiliki sedikitnya satu atom hydrogen melekat pada atom karbon karbonil. Gugus sisanya dapat berupa atom hydrogen lainnya atau gugus-organik alifatik atau aromatik.
b. Maksud dan Tujuan
1. Maksud percobaan
Mengetahui dan memahami karakteristik dari aldehid keton.
2. Tujuan percobaan
Mengetahui sifat fisik dan kimia aldehid dan keton
Mengetahui reaksi terhadap aldehid dan keton.
c. Prinsip Percobaan
1. Tes Iodoforn
Penentuan sifat kimia dari aldehid dan keton dengan mereaksikan formalin dan sukrosa dengan pereaksi NaOH dan I2-KI dan amati endapan kuning yang terjadi.
2. Tes Asam Kromat
Penentuan sifat kimia dari aldehid dengan mereaksikan formalin dan sukrosa dengan pereaksi asam kromat dan diamati dengan terbentuknya endapan merah coklat menjadi biru/hijau.
3. Uji Tollens
Penentuan sifat kimia dari aldehid dengan mereaksikan formalin dan sukrosa dengan pereaksi tollens dan amati terbentuknya cermin perak dari dinding tabung.
4. Tes Benedict
Penentuan sifat kimia dari aldehid dengan mereaksikan formalin dan sukrosa dengan pereaksi banedict yang diletakkan dipenangas air dan amati perubaghan warnanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Teori Umum
Aldehid di sebut juga dengan alkanal. Aldehid adalah suatu senyawa karbon mempunyai gugusan karbonit C yang terletak di ujung rantai. Aldehid merupakan turunan dari alkana yang di beri nama alkil aldehida (alkanal).
Perbedaan struktur dari aldehida dan ketan menyebabkan sifat-sifat fisik dan kimia.
Aldehida lebih mudah dioksida dibandingkan ketan.
Aldehida lebih reaktif terhadap reaksi adisi nukleofitik daripada keton.
(Riswiyanto, 2009:237).
Aldehida diberi nama dengan mengganti akhiran (-a) dari senyawa alkana dengan (-a’), sedangkan untuk ketan dengan (-an). Rantai utama harus mempunyai gugus fungsi –CHO, dan gugus ini di beri nomor satu. Perhatika contoh berikut:
Etanal Propanal
(asetaldehida) (propanaldehida)
2-etil-4 metil pentanal
Untuk senyawa aldehida yang lebih kompleks dan terikat pada cinoin, dipakai akhiran karbaldehida. Contohnya, sileloheksana karbaldehida dan 2– naftalen karbaldehida, seperti yang di gambarkan bentuk ini.
Siklo heksanakarbaldehida 2-naftalenkarbaldehida
Propanon (aseton)
Hal yang sam juga berlaku untuk senyawa karbon, perhatikan struktur dan nama senyawa senyawa ketan berikut ini :
3-heksanon
4-heksan-2-on
(Riswiyanto, 2009: 238-239).
Aldehida dan Keton
Aldehida adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang tereikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen.
atau
gugus karbonil yang terdapat Gugus aldehida
pada aldehida dan keton
atau
Formaldehida Jenis aldehid lain
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pda dua gugus alkil, dua gugus aril, sebuah alkil dan sebuah aril. Ketan tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil.
Dialil keton diaril keton aril alkil keton
Karbon yang terdapat pada gugus karbonil adalh hibrida SP2. Seperti juga pad alakena. Karbon hibrida SP2 membentuk ikatan tiga sigma yang terletak pada suatu bidang. Sudut antara dua ikatan sigma kira-kira 120°.
(Ralp J.Fessendden & Joan S.Fessenden, 1986: 395-396).
Dalam sistem IUPAC, akhiran penciri untuk aldehida ialah –al (dari suku kata pertama aldehida).
Dalam sistem IUPAC, akhiran untuk keton ialah –on (dari suku kata terakhir ketan). Rantai dinomasi sehingga karbon karbonil memiliki nomor terandah. Nama umum ketan dibentuk dengan menambahkan kata keton pada nama gugus alkil atau aril yang melekat pada karbon karbonil.
Gugus karbonil merupakan gugus yang paling sederhana atau menentukan sifat kimia aldehida dan ketan, karena itu tidaklah mengherankan jika kebanyakan sifat-sifat senyawa ini adalah mirip satu sama lainnya. Meskipun demikian, aldehid dan keton dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifat kimianya yaitu:
Aldehida cukup mudah teroksidasi sedangkan ketan tidak
Aldehida lebih reaktif daripada ketan terhdap adisi nukleofilik.
(Kimia dasar, 2007: 174).
Reaksi aldehid dengan larutan perak amoniak (larutan AgNO3 dalam NH3 berlebihan) sedangkan reaksi aldehid dengan larutan fehing membentuk endapan merah CU2O. Keton merupakan senyawa karbon yang mempunyai dua gugus alkil (aril) sama satu tidak sama yang terkikat pada ketan karbonil.
(Kimia, 1999: 45-48).
Uraian Bahan
NaOH (FI . III 1979: 412)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40,00
Pemerian : bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras rapuh dan menunjukkan susunan hablur putih mudah meleleh basah.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan dalam etonal (95%) P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Komposisi pereaksi
AgNO3 (FI . III . 1997: 97)
Nama Resmi : AREGENII NITRAS
Nama Lain : Perak Nitrat
Rumus Molekul : AgNO3
Berat Molekul : 169,87
Pemerian : hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau menjadi gelap saat menjadi cahaya.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terhindae dari cahaya.
Kegunaan : sebagai komposisi pereaksi benedict.
I2 (FI . III . 1979: 316)
Nama Resmi : IODUM
Nama Lain : Iodum
Rumus Molekul : I
Berat Molekul : 126,91
Pemerian : keping atau butir, berat, mengkilat seperti logam; hitam kelabu; bau khas.
Kelarutan : larut dalam lebih kyrang 3500 bagian air, dalam 13 bagian atanol (95%) P dalam lebih kurang 80 bagian gliserol P karbon disulfida P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : sebagai pereaksi pada uji iodoform.
KI (FI . III . 1979: 330)
Nama Resmi : KALII IODIDUM
Nama Lain : Kalium Iodida
Rumus Molekul : KI
Berat Molekul : 166,00
Pemerian : Hablur Heksohedral; trasparan atau tidak berwarna, opak dan putih. Atau serbuk butiran. Higroskopik.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air. Lebih mudah larut dalam air mendidih; larut dalam etanol (95%) P mudah larut dalam gliserol P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : sebagai zat tambahan
Tembaga (II) sulfat (FI . III . 1979: 731)
Nama Resmi : TEMBAGA II SULFAT
Nama Lain : Kupri Sulfat
Rumus Molekul : CuSO4, 5H2O
Pemerian : prima triklinik tau serbuk hablur; biru.
Kelarutan : larut dalam tiga bagian air dan dalam 3 bagian gliserol P; sangat sukar larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : sebagai komposisi pereaksi benedict.
Na2CO3 (FI . III . 1979: 400)
Nama Resmi : NATRII CARBONAS
Nama Lain : Natrium Karbonat
Rumus Molekul : Na2CO3 . H2O
Berat Molekul : 124,00
Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih.
Kebirutan : mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih.
Penyimpanan : dalam wadah tetutup baik.
Kagunaan : zat tambahan
Natrium Sitrat (FI . III . 1979: 406)
Nama Resmi : NATRII CITRAS
Nama Lain : Natrium Sitrat
Rumus Molekul : C6H5 Na¬3 O7 2H2O
Rumus Bangun : CH2 – CO2NO
COH-CO2NO 2H2O
CH2-CO2NO
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk halus putih
Kelarutan : mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air mendidih dalam etanol (95%) P.
Pentimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sebagai sampel
Formaldehida (Dirjen POM, FI III, 1979: 269)
Nama Resmi : FORMALDEHYDI SOLUTIO
Nama Lain : Formalin
Rumus Molekul : O-H-C-H
Berat Molekul : 30,03
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna atau hampir tidak berwarna, uap merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan. Jika disimpan tempat dingin dapat menjadi keruh.
Kelarutan : dapat dicampur dengan air dan dengan etanol (95%).
Kegunaan : sebagai sampel untuk aldehid.
Amonia (DIRJEN POM, 197)
Nama Resmi : AMMONIA
Nama Lain : Amonia
Rumus Molekul : NH4OH
Rumus Bangun : 35,05
Pemerian : cairan berbau khas, tidak berwarna
Kelarutan : mudah larut dalam air
Penyimapanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sebagai pereaksi sampel
Air Suling (DIRJEN POM, 1979: 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Aquadest, air suling
Nama lain : cairan jernih, tidak berwarna tidak berbau
Rumus molekul : H2O
Rumus bangun : H-O-H
Kegunaan : pereaksi
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Prosedur Kerja
Tes Iodoform
Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai
Memasukkan sampel percobaan (sukrosa, formalin, I2-KI dan NaOH 6 M) di dalam tabung reaksi dengan mengunakan pipet tetes
Selanjutnya simpan tabung reaksi dalam rka tabung
Selanjutnya ambil tarekus baru kemudian memasukkan sampel dalam satu wadah/tabung reaksi, kemudian memanaskannya
Tes Tollens
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, selanjutnya memasukkan sampel dalam tabung reaksi (AgNO3 dan NaOH)
Masukkan amonia kedalam lemari asam dan mencampurkannya dengan larutan AgNO3 dan NaoH
Amati Perubahan
Tes Benedict
Menyiapkan alat dan bahan
Masukkan sampel dalam tabung reaksi (sukrosa 2 ml dan formalin 1 ml)
Tambahkan pereaksi benedict, amati perubahannya.
BAB III
METODE KERJA
Alat dan Bahan
Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum yaitu: botol semprot, batang pengaduk , gelas kimia, gelas ukur, lampu spiritus, lap kasar dan lap halus, korek api, penjepit tabung, tabung reaksi,
Bahan
Bahan yang digunakan dlam praktikum yaitu: I2-KI, NaOH, AgNO3, asam kromat, NH3, sukrosa, formalin, natrium, karbonat, natrium sitrat.
Cara kerja
Tes Iodoform
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Dimasukkan sampel percobaan (sukrosa, formalin, I2-KI dan NaOH 6 ml). di dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes.
Selanjutnya tabung reaksi disimpan dirak tabung sebelum di panasakan.
Diambil tareks kemudian dimasukkan formalin kemudian ditambahkan I2-KI dan NaOH 6 ml kedalam tabung reaksi pula, kemudian dihomogenkan.
Stelah homogen maka dipanaskan diatas pembakar spiritus, selanjutnya amati perubahannya.
Setelah dilakukan percobaan untuk formalin, selanjutnya diambil sukrosa kemudian dilakukan perlakukan yang sama pada sukrosa tersebut.
Tes Tollans
Disediakan alat dan bahan
Dimasukkan kedalam tabung reaksi AgNO3 dan NaOH dalam satu wadah.
NH3 dicampur dengan NaOH dan AgNO3 kedalam satu wadah kemudain dimasukkan kedalam lemari asam.
Formalin dan sukrosa dimasukkan kedalam satu wadah yaitu tabung reaksi, kemudian dihomogenkan.
Amati perubahannya.
Tes Benedict
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, direaksikan dengan KI-I2 dan NaOh 6 ml dan diamati perubahannya.
Untuk tes asam kromat, formalin dan sukrosa direaksikan dengan asam kromat kemudian dipanaskan dan diamati perubahannya.
Untuk tes tollans AgNO3-NaOH dan NH3 dicampur kemudian diamati perubahannya.
Untuk tes terakhir yaitu benedict dimana formalin dan sukrosa direaksikan dengan benedict kemudian dipanaskan dan diamati perubahannya.
Uji asam kromat
Di siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
Di masukkan formalin dan sukrosa sebanyak 1 ml pada masing-masing tabung reaksi (2 tabung reaksi)
Di tambahkan pereaksi asam kromat
Di panaskan
Di amati perubahannya (endapan merah)
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan
Uji Iodoform
No Sampel Perlakuan Hasil
1 1 ml Formalin Ditambahkan I2-KI dan NaOH 6 M Larutan bening, tidak ada endapan, tidak terjadi perubahan warna
2 1 ml sukrosa Ditambahkan I2-KI dan NaOH 6 M Larutan bening, tidak ada endapan, tidak terjadi perubahan warna
Uji Asam kromat
No Sampel Perlakukan Hasil
1 1 ml formalin Ditambahkan asam kromat ↑ Larutan hijau kebiruan
2 1 ml sukrosa Ditambahkan asam kromat ↑ Larutan hijau kebiruan
Uji Tollens
No Sampel Perlakukan Hasil
1 1 ml formalin Ditambahkan AgNO3 + NaOH 4 M + NH3 Warna hitam keabuan terdapat endapan hitam terbentuk cermin pesak
2 1 ml sukrosa Ditambahkan AgNO3 + NaOH 6 M + NH3 Warna kuning bening tidak terbentuk endapan bau amonia
Tes Benedict
No Sampel Perlakukan Hasil
1 1 ml formalin Pereaksi benedict lalu ↑ Warna hijau tosca tidak berbau, dan tidak ada endapan
2 1 ml sukrosa Pereaksi benedict ↑ Warna hijau tosca tidak berbau dan tidak terbentuk endapan
BAB V
PEMBAHASAN
Aldehid merupakan suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen.
Keton merupakan suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada guus alkil, dua gugus alkil dan sebuah gugus alkil.
Pada percobaan aldehid ketan yang menggunakan 3 tes percobaan yaitu iodoform, tes tollens, dan tes benedict. Dalam percobaan tes iodoform menggunakan larutan/bahan yaitu sukrosa, formalin, I2-KI dan NaOH 6 ml. Untuk percobaan tollens menggunakan bahan yaitu AgNO3, NaOH, formalin, sukrosa, dan NH3. Pada percobaan terakhir yaitu tes bemedict bahan-bahannya yaitu, formalin, sukrosa dan pereaksi benedict. Adapaun alat-alat yang digunkan yaitu, pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung, lap kasar, lap halus, korek api, gelas kimia, penjepit tabung, notol semprot dan lampu spiritus.
Adapun cara kerja dari tes Iodoform yaitu disediakan alat dan bahan kemudian dimasukkan sampel percobaan, sukrosa, formalin, I2-KI dan NaOH 6 ml didalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes. Selanjutnya tabung reaksi disimpan pada rak tabung sebelum larutan dipanaskan. Selanjutnya diambil formalin, I2-KI dan NaOH 6 ml kemudian dimasukkan kedalam satu wadah (tabung reaksi) kemudain dihomogenkan, kemudian diamati perubahannya. Perlakukan yang sam untuk sukrosa.
Untuk percobaan yang kedua yaitu tes Tollens, adapun cara kerjanya yang diambil larutan AgNO3 dan NaOH kemudain dihogenkan dan diamati perubahannya, selanjutnua AgNO3, NaOH dan NH3 selanjutnya di masukkan kedalam lemari asam untuk amoniak diamati pula perubahannya, untuk formalin dan sukrosa masing-masing ditambahkan AgNO3 + NaOH dan amoniak diamati pula perubahannya.
Untuk percobaan benedict, adapun cara kerjanya, yaitu masukkan formalin 1 ml dan sukrosa 2 ml dalam tabung reaksi, selanjutnya ditambahkan pereaksi benedict 2 ml, kemasing-masing sampel kemudian dipanaskan diatas lampu spiritus dan diamati pula.
Adapun hasil yang diperoleh dari tiap-tiap percobaan yaitu: unutk percobaan tes Iodoform di peroleh hasil negatif (-) baik itu sukrosa merupakan formalin. Sedangkan untuk percobaan tes tollens data yang diperoleh yaitu untuk AgNO3 NaOH dan amoniak hasilnya (+), Untuk formalin, AgNO3-NaOH dan Amoniak endapan warna hitam (+) dan untuk tes beneditc diperoleh hasil yaitu: formalin dan sukrosa yang masing-masing ditambahkan peraksi benedict (-).
Adapun perbandingan hasil yang diperoleh untuk laboratorium unutk literatur yaitu untuk tes Iodoform hasilnya yaitu semuanya (¬-) tidak terjadi endapan atau perubahan warna padaha seharusnya perubahan warna yaitu menjadi kuning . untuk percobaan tes tollens untuk AgNO3 dan NaOH diperoleh hasil (+) yaitu berupa endapan hitam, sedangkan untuk AgNO3 , NaOH dan amoniak diperoleh hasil (+) juga yaitu terjadi endapan hitam dan untuk sukrosa hasilnya (-) hasil yang di peroleh sesuai dengan literatur kecuali yang sukrosa karena tidak terjadi apapun.
Sedangkan untuk percobaan tes benedict hasil yang di peroleh yaitu semuanya (-) tidak terjadi endapan atau perubahan warna padahal seharunya terjadi endapan tau perubahan warna.
Hubungan percobaan aldehid dan ketan dengan farmasi yaitu dengan adanya senyawa aldehid dan ketan maka akan mempermudah seorang farmasi/apoteker dalam membuat sediaan obat karena telah mengetahui struktur dengan senyawa yang cocok dengan sediaan yang akan dibuat.
Dalam uji Iodoform, saat formalin ditambahkan dengan I2-KI dan NaOH 6 M, larutannya menjadi bening tidak ada endapan yang terjadi, tidak ada perubahan warna. Pada sukrosa dengan menambahkan zat yang sama dengan sukrosa, hasilnya sama dengan formalin.
Pada tes tollens, pada formalin ketika ditambahkan dengan AgNO3 + NaOH 6 M + NH3, warnanya menjadi hitam dan terdapat endapan hitam dan terbentuk cairan perak. Sedangkan pada sukrosa dengan penambahan yang sama formalin, terjadi perubahan warna kuning bening dan tidak berbentuk endapan bau amonia.
Pada tes benedict, pada formalin ditambahkan dengan pereaksi benedick terjadi perubahan warna menjadi hijau tesca, tidak berbau dan tidak ada endapan sedangkan pada sukrosa, dengan penambahan pereaksi benedict terjadi perubahan warna hijau tosca, tidak berbau dan tidak terbentuk endapan.
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu:
Percobaan tes Iodoform hasilnya (-), seharunya sesuai dengan literatur yaitu ada terjadi perubahan warna kuning.
Tes Tollens, hasilnya untuk AgNO3 dan NaOH terdapat endapan hitam dengan literatur dan untuk AgNO3, NaOH dan amonia terdapat endapan hitam dan untuk sukrosa hasilnya (-) tidak sesuai dengan literatur.
Tes Benedict hasilnya yaitu (-) tidak sesuai dengan literatur.
Kritik Dan Saran
Laboratorium
Lengkapi bahan dalam laboratorium
Asisten
Pertahankan cara membimbingnya .
DAFTAR PUSTAKA
DIRJEN POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Menkes.
Hast, dkk. Kimia organik dasar. Erlannga: jakarta, 2003.
Puspasari dian, dkk. Kamus Kimia. Jakarta: Dwi Media Press.
Ralp.J.Fessenden & Joan S.Fessenden. Kimia Organik. erlangga: jakarta, 1986.
Riswianto. 2009. Kimia Organik, erlangga: Jakarta.
Lampiran
Skema Kerja
Tes Iodoform
Formalin Sukrosa
I2-KI
NaOH 6 M
Panaskan
Amati perubahan
Tes Benedict
Formalin Sukrosa
Benedict
Panaskan
Amati perubahan
Tes Tollens
AgNO3 → NaOH → NH3 → Amati
Formalin Sukrosa
Amati Perubahan
Tes asam kromat
Formalin sukrosa
Asam kromat 5 tetes
Di panaskan
Amati perubahanya
Minggu, 30 Juni 2013
kimia analisis
BAB I
PENDAHULUANMAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN Maksud percobaan Mengetahui dan memahami titrasi argentometri. Tujuan percobaan Menentukan kadar NaCl dalam natrium lauril sulfat dengan menggunakn AgNo3 sebagai titran. PRINSIP PERCOBAAN Penentuan kadar NaCl dalam natrium lauril sulfat dengan menggunakn AgNo3 sebagai titran dengan menambahlkan k2CrO4 pada larutan Natrium Laurit Sulfat sebelum di titrasi. BAB II TINJAUN PUSTAKA TEORI UMUM Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi di mana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya adalah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu dan di perlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat di gunakan pada titrasi. Akan tetapi metode tua seperti penentual Cl-, Br-, I-, dengan Ag ( I ) ( di sebut juga metode argentometri ) adalah sangat penting. Alasan utama kurang di gunakan metode tersebut adalah yang pertama adalah sulitnya memperoleh indikator yang sesuai untuk menentukan titik akhir pengendapan, kedua adalah endapan tidak selalu diketahui (Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. UI hal 66 ). Argentometri adalah suatu proses titrasi yang menggunakn Argentum Nitrat (AgNO3 ) sebagai larutan standar. Argentometri dapat di katakan sebagai pengendapan fraksional yaitu perhitungan-perhitungan tentang yang mana dari dua garam yang sangat sedikit larut, akan di endapkan pada kondisi eksperimen tertentu. Dalam proses ini suatu larutan ion klorida di fifer dengan larutan baku perak nitrat dengan di tambahkan sedikit K2CrO4 yang berfungsi sebagai indikator. Di sini ada dua garam yang sangat sedikit larut, dapat terbentuk yaitu perak klorida ( endapan putih ) dan perak kromat ( yang berwarna merah ) Ag + + Cl- → AgCl (s ) Dan 2Ag + + CrO4 → Ag2CrO4 ( s ) ( Setiono. 1979. Vogel I. Jakarta : PT Kalman Media Pusaka hal 87-88 ). Adapun indikator untuk titrasi pengendapan yang melibatkan perak adalah metode Mohr menggunakan ion Kromat, CrO42-, untuk mengendapakan Ag2CrO4 cokelat. Metode Volhard menggunakan ion Fe 3+ untuk membentuk sebuah kompleks yang berwarna dengan ion tiosianat, SCN- dan metode Fajans menggunakan indikator-indikator adsorbsi. ( R.A. Day. JR dan Underwood. Jakarta : Erlangga hal 227 ). Pembentukan dari sebuah endapan berwarna ( metode Mohr ) Persis sama seperti asam basa di pergunakan sebagai indikator untuk sebuah titrasi asam basa, pembentukan satu endapan lain dapat di pergunakan untuk mengidentifikasikan selesainya sebuah titrasi pengendapan. Contoh yang paling terkenal adalah yang di sebut titrasi Mohr Klorida dengan ion perak, di man ion kromat di pergunakan sebagai indikator. kemunculan awal endapan perak kromat berwarna kemera- merahan di ambil sebagai titik akhir titrasi ( R.A. Day. JR dan Underwood. Jakarta : Erlangga hal 227 ). Titrasi Mohr tewrbatas pada larutan-larutan dengan nilai pH sekitar 6-10. Dalam larutan-larutan yang lebih alkalin , perak oksida mengendap. Dalam larutan- larutan asam secara besran-besarn menurun karena HcrO4- hanya sedikit terionisasi ( R.A. Day. JR dan Underwood. Jakarta : Erlangga hal 228 ). Pada metode ini, titrasi halida dengan AgNO3 di lakukan dengan indikator Na2CrO4. Pada titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag yang berlebih di endapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Larutan harus bersifat netral atau sedikit basa, tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan di endapkan sebagai Ag ( OH )2. Jika larutan terlalu asam, maka TAT tidak terlihat sebagai konsentrasi CrO42- berkurang yaitu dengan terjadinya reaksi H+ + CrO42- → HcrO42-. pada kondisi yang cocok, metode Mohr cukup akurat dan dapat di gunakan pada konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis ini endapan indikator berwarna harus lebih larut di bandingkan endapan utama yang terbentuk selama titrasi. Akan tetapi tidak boleh terlalu banyak larut, karena akan di perlakukan lebih banyak pereaksi dari yang seharusnya (Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. UI hal 71 ) Pembentukan komplek berwarna : Metode Volhard Metode volhard di dasri oleh pengendapan dari tiosianatdalam larutan asam nitrit, dengan ion besi ( III ) di pergunakn untuk mendekati kelebihan ion tiosianat Ag+ + SCN → AgSCN Fe3+ + SCN → FeSCN2+ ( merah ) Metode ini di pergunakan untuk titrasi lansung perak dengamn larutan standar tiosianat atau untuk titrasi tidak lansung dari ion-ion klorida, Bromida dan Iodida. Dalam titrasi tidak langsung, kelebihan dari perak nitrat standar di tambahkan dan kemudian di titrasi dengan tiosianat sta ndar ( R.A. Day. JR dan Underwood. Jakarta : Erlangga hal 228 ). Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe ( III ) sebagai indikator adalah contoh metode Volhard yaitu pembentukan zat berwarna di dalam larutan. Selama titrasi Ag ( SCN ) terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4SCN yang berlebih bereaksi dengan Fe ( III ) membentuk warna merah gelap ( Fe SCN )++. Jumlah tiosianat yang menghasilkan warna harus sangat kecil. Pada metode Volhard, untuk menentukan ion Clorida, suasana haruslah asam karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3yang di tambahkan kelarutan klorida tentunya tidak bereaksi (Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. UI hal 70 ) Penggunaan indikator adsobsi : metode Fajans Adsorbsi dari sebuah komponen organik berwarna pada permukaan sebuah endapan dapat menyebabkan pergeseran elektronik dalam molekul yang merubah warnanya. Fenomena ini dapat di pergunakan untuk mendeteksi titik akhir dari titrasi pengendapan garam-garam perak. Senyawa organik yang di pergunakan untuk hal seperti di acu sebagai indikator adsobsi ( R.A. Day. JR dan Underwood. Jakarta : Erlangga hal 229 ). Dengan cara Liebeg Titrasi argentometri secara liebeg tidak dapat di lakukan dalam suasana amnoniakal, karena garam kompleks Ag ( CN )2 dalam larutan ammoniakal akan larut menjadi ion kompleks diammin. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah Temperatur. Kelautan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadangkala endapan yang baik terbentuk pada larutan panas,tetapi jangan di lakukan penyaringan terhadap larutan panas karena pengendapan di pengaruhi oleh faktor tempertur. Sifat pelarut. Garam-garam anorganik lebih larut dalam air berkurangnya kelarutan di dalam pelarut organik dapat di gunakan sebagi pemisahan dua zat. Efek ion sejenis. Kelarutan endapan dalam air berkurang jika larutan tersebut mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan, sebab pembatas Ksp ( konstanta hasil kali kelarutan ). Efek ion-ion lain. Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam larutan terdapat garam-garm yang berbeda dengan endapan. Hal ini di sebut sebagai efek garam netral atau efek aktivitas. Pengaruh pH Pengaruh hidrolisis Pengaruh kompleks (Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. UI hal 68-69 ) URAIAN BAHAN H2O ( Dirjen Pom. 1979 hal 96 ) Nama resmi : AQUA DESTILLATA Nama lain : air suling aquadest Berat molekul : 18,02 Rumus molekul : H2O Rumus bangun : H – O – H Pemerian : cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna Penyimpan : dalam wadah tertutup baik Kegunaan : sebagai pelarut AgNO3 ( Dirjen Pom. 1979 hal 97 ) Nama resmi : ARGENTI NITRAS Nama lain : perak nitrat Berat molekul : 169, 87 Rumus molekul : AgNO3 Pemerian : hablur, serbuk hablur berwarna putih tidak Berbau Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, etanol ( 95 % ) Penyimpan : dalam wadah tertutup baik Kegunaan : sebagai titrasi Kalium kromat ( Dijen Pom. 1979 hal 689 ) Nama resmi : KALLI CROMAT Nama lain : kalium kromat Berat molekul : 194 Rumus molekul : K2CrO4 Pemerian : hablur kuning Kelarutan : sangat mudah larut dalam air. Penyimpan : dalam wadah tertutup baik Kegunaan : sebagai indicator Asam nitrat ( Dirjen Pom. 1979 hal 650 ) Nama resmi : ACIDUM NITRICUM Nama lain : asam nitrat Berat molekul : 63,01 Rumus molekul : HNO3 Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, rasa asam tajam Kelarutan : dapat bercampur dengan air, etanol dan gliserol Penyimpan : dalam wadah tertutup baik Kegunaan : sebagai penetralan pH Natrium Lauril Sulfat ( Dirjen Pom. 1979 hal 713 ) Nama resmi : NATRII LAURYL SULFAS Nama lain : Natrium Lauril Sulfat Rumus molekul : C12H2SOSO3Na Pemerian : serbuk atau hablur, warna putih atau kuning pucat, bau lemak dan khas Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, larutan berkabut, larut sebagian dalam etanol ( 95 % ) Penyimpan : dalam wadah tertutup baik Kegunaan : sebagai analit BAB III METODE KERJA ALAT DAN BAHAN Alat Adapun alat yang di gunakan adalah : Botol semprot Buret Erlenmeyer Gelas ukur Gelas kimia Kertas perkamen Sendok tanduk Statis Timbangan analitik Bahan Adapun bahan yang di gunakan adalah : Aquadest Asam nitrat Kalium kromat Natrium laurel sulfat Perak nitrat CARA KERJA Di siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan Di cuci buret dengan AgNO3 Pasang buret dengan statis Di timbang natrium lauril sulfat sebanyak 250 mng di neraca analitik Kemudian masukkan ke dalam Erlenmeyer dengan di tambahkan 25 ml aquadest Di aduk secara perlahan hingga homogen dan jangan sampai berbusa Di ukur pHnya Setelah mendapat pHnya, kemudian di tambahkan dengan indicator yaitu K2CrO4 5 % sebanyak 5 tetes Masukkan AgNO3 ke dalam statis sebanyak 150 ml Kemudian di titrasi dengan menggunakan AgNO3 secara perlahan-lahan Ketika terjadi endapan merahnya, hentikan titrasi ( titik akhir titrasi : terjadi endapan kemerah-merahan ) Lakukanlah sebanyak 2x perlakuan di atas BAB IV PEMBAHASAN TABEL PENGAMATAN Percobaan I No Massa sampel Volume titran Keterangan pH 1 250 Mg C12H2SOSO3Na + 25 ml H2O Terjadi berbusa pada campuran ini 8 2 + indicator K2CrO4 Terjadi perubahan warna dari kuning menjadi hijau muda - 3 + AgNO3 4,3 ml Terjadi perubahan warna menjadi endapan kemerahan - Percobaan II No Massa sampel Volume titran Keterangan pH 1 250 Mg C12H2SOSO3Na + 25 ml H2O Busanya berkurang dari percobaan I 7 2 + indicator K2CrO4 Terjadi perubahan warna dari kuning menjadi kecaklatan - 3 + AgNO3 0,7 ml Terjadi perubahan warna menjadi endapan kemerahan - PERHITUNGAN Percobaan I Diketahui : N : 0,1 ml V : 4,3 ml B.e : 5, 844 NaCl B.s : 250 mg Eq : 0, 5884 → 1 ml AgNO3 N setara dengan 5, 884 NaCl → 0,1 x 5, 884 = 0, 5884 Di Tanya % …? % = (N.V.Be)/(Bs.Eq) = (0,1 ml.4.3 ml.5,884 MgNaCl)/(250.0,5884) = (2,51292)/147,1 = 0,01708 % Percobaan II Diketahui : N : 0,1 ml V : 0,7 ml B.e : 5, 844 NaCl B.s : 250 mg Eq : 0, 5884 → 1 ml AgNO3 N setara dengan 5, 884 NaCl → 0,1 x 5, 884 = 0, 5884 Di Tanya % …? % = (N.V.Be)/(Bs.Eq) = (0,1 ml.0,7 ml.5,884 MgNaCl)/(250.0,5884) = 0,40908/147,1 = 0,00278 % Mencari penentuan kadar NaCl Kadar NaCl praktikum ( percobaan I ) 8% NaCl = (0,01708 .4.3.5.844)/250.0.5884 = 0,42921/147,1 = 0,002928% Kadar NaCl praktikum ( percobaan II ) 8% NaCl = (0,00278 .0.7.5.844)/250.0.5884 = 0,1137/147,1 = 0,00008 REAKSI Reaksi titran dengan analit NaCl + AgNO3 → AgCl + NaNO3 2AgNO3 + K2CrO4 → AgCrO4 + 2KNO3 Ag2CrO4 → CrO42- + 2 Ag + Reaksi pembuatan Natrium sulfat C12H15OSO3 + H2O → NaC12H17O5 GAMBAR PEMBAHASAN Argentometri adalah suatu proses titrasi yang menggunakan garam argentums nitrat ( AgNO3 ) sebagai larutan standar. Dalam titrasi argentometri, larutan AgNO3 di gunakan untuk menetapkan garam-garam halogen dan sianida karena kedua jenis garam ion dengan ion Ag+ dari garam standarAgNo3 dapat membentuk suatu endapan suatu senyawa kompleks sesuai persamaan reaksi berikut ini : Na (x ) + Ag +→ Ag (x) + Na+ ( x = halida) KCN + Ag +→ AgCN + K+ Garam AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinngi, sehingga garam tersebut dapat sebagai larutan standar primer. Larutan standar AgNO3 dapa di buat dengan melarutkan 16. 99 gram AgNO3 dalam 1 liter aquadest. Argentometri termasuk salah satu cara analisi kuantitatif dengan system pengendapan. Cara analisis ini biasanya di pergunakan untuk menentukan ion-ion halogen, ion perak, ion tiosianat serta ion-ion lainnya yang dapat di endapkan oleh larutan standarnya. Dalam titrasi argentometri ini terdapat 4 cara untuk menentukan titik akhir atau titik ekuivalen, yaitu : Dengan cara liebeg Dalam titrasiu argentometri yang di sebut dengan titrasi pembentukan kompleks adalah titrasi terhadap larutan garam sianida. Proses ini mula-mula di kemukan oleh liebeg pada tahun 1851, akhirnya di kenal saebagi titrasi argentometri cara kiebig. Apabila kedalam larutan garam sianida di tambahkan lagi AgNO3 mula-mula akan terjadi endapan putih dari garam AgCN. Tetapi oleh karena di dalam larutan masih terdapat kelebihan ion sianida maka apabila larutan tersebut di goyan-goyang, endapan AgCN yang telah terbentuk akan segera larut kembali karena terjadinya agen kompleks dari logamnya yang cukup stabil. Titrasi argentometri secara liebig ini tidak dapat di lakukan dalam suasana ammoniakal, karena gaya kompleks Ag ( Ag (CN )2 dalam larutan ammoniakal akan larut menjadi ion kompleks diammin. Dengan cara pembentukan endsapan berwarna ( metode Mohr ) Dalam cara ini, ke dalam larutan yang di titrasi di tambahkan sedikit larutan kalium kromat sebagi indicator. Pada akhir titrasi, ion kromat akan bereaksi dengan kelebuhan ion perak membentuk endapan berwarna merah dari perak kromat dengan reaksi : CrO42- + 2 Ag+ → Ag2 CrO4 Untuk menghindari terjadinya pengendapan perak kromat sebelum pengendapan perak, halide sempurna, maka konsentrsi ion kromat yang di tambahkan kalium kromat harus sangat kecil, umumnya konsentrasi ion kromat dalam larutan berkisa 3.10-3 hingga 5.10-3 M. Dengan cara pembentukan ion kompleks Dalam cara ini, larutan standar perak nitrat di tambahkan secara berlebihan ke dalam larutan analit, kemudian kelebihan ion perak di titrasi dengan larutan standar ammoniakal atau kalium tiosianat dengan menambahkan ion Ferri ( Fe3+ ) sebagai indicator. Pada akhir titrasi, ion ferri akan bereaksi dengan kelebihan ion tiosianat membentuk ion kompleks Fe ( SCN)63- yang berwarna cokelat. Dengan menggunakan indicator adsobsi ( metode fajans ) Titik akhit titrasi dengan cara di tandai dengan berubahnya warna endapan Ag X sebagi akibat dari adanya adsorbs endapan Ag x terhadap pereksi pewarna yang di tambahkan. Indicator yang sering di gunakan adalah flurescein dan eosin. Adapun cara kerja dan alasan penambahan bahan pada percobaan ini adalah siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan. Di timbang natrium laurit sulfat sebanyak 250 mg di kertas perkamen dengan menggunakan neraca analitik. Kemudian masukkan ke dalam Erlenmeyer dengan di tambahkan H2O sebanyak 25 ml. di tamukkan Karen bahkan aquadest untuk melihat berapa pHnya. Apabila pHnya 10 ke atas maka di tambahkan asam nitrat sebagai penetralan PH, pada percobaan yang kami lakukan asam nitrat tidak di masukkan karena pH yang di dapat adalah di bawah angka 10 ( netral ). Ketika di dapatkan pHnya kemudian di tambahkan indicator kalium kromat karena untuk melihat perubahan warna yang akan terjadi. Setelah di tambahkan kalium kromat maka di titrsi dengan perak nitrat 0,1 N karena pada argentometri ini ( metode Mohr ) untuk melihat endapannya yaitu endapan kemerah-merahan Adapun hasil pengamatannya adalah untuk percobaan I adalah ketika C12H2SOSO3Na + H2O, pH yang di dapatkan adalah netral ( 8 ) dan perubahan yang terjadi adalah berbusa. Ketika di tambahkan lagi dengan dengan indicator yaitu kalium kromat 5% bsebanyak 5 tetes terjadi perubahan warna dari kuning menjadi hijau muda.. setelah itu adalah di titrasi denagn AgNO3 ) 0,1 N dan volume titranya adalah 4,3 ml dan perubahan yang terjadi adalah endapan kemerahan. Adapun hasil pengamatannya adalah untuk percobaan II adalah ketika C12H2SOSO3Na + H2O, pH yang di dapatkan adalah netral ( 7 ) dan perubahan yang terjadi adalah busanya sudah kurang dari percobaan I . Ketika di tambahkan lagi dengan dengan indicator yaitu kalium kromat 5% bsebanyak 5 tetes terjadi perubahan warna dari kuning menjadi kecokelatan. setelah itu adalah di titrasi denagn AgNO3 ) 0,1 N dan volume titranya adalah 0,7 ml dan perubahan yang terjadi adalah endapan kemerahan. Adapun perbandingan dengan literature dengan percobaan ini adalah ketika di titrasi menggunakan AgNO3, titik akhir titrasinya adalah terjadi endapan kemerahan dan ini membuktikan bahwa antara praktikum yang kami lakukan adalah sesuai dengan literature bahwa titrasi menggunakan AgNO3 titik akhir titrasinya akan mengalami endpan kemerahan. Hubungan dengan dunia farmasi adalah untuk mengetahui konsentrsi senyawa obat. Apabila diketahui konsentrasi dari pada senyawa obat tersebut, maka akan mempermudahkan kita untuk membuat obat. Selain dari itu, untuk mengetahui pH . ketika pHnya diketahui maka akan mempermudahkan kita untuk menentukan pH dari pada obat tersebut. Obat yang biasa di gunakan pada percobaan ini adalah : Phenylopanalamin HCl (metode Moh), seng sulfat (metode VOlhard), Thiamin (metode Volhard ), chlorampenicol ( metode volhard ) Faktor kesalahan pada percobaan adalah : Kurang cermat sehingga ketika natrium laurit sulfat di tambahkan aquadest terjadi berbusa ( karena di goyang-goyang ) Erlenmeyernya kurang bersih, sehinnga pada saat di tambahkan indicator kalium kromat terjadi perubahan warba dari kuning menjadi hijau muda ( seharusnya kuning kecokelatan ). BAB V PENUTUP KESIMPULAN Adapun kesimpulannya adalah ketika 250 mg + H2O pHnya adalah 8 ( untuk percobaan II pH yang di dapat adalah 7 ). Dan terjadi berbusa ( untuk percobaan II busanya berkurang ), + indicator k2crO4 perubahan yang terjadi adalah perubahan warna dari kuning menjadi hijau muda ( untuk percobaan II dari kuning menjadi kecokelatan ). Kemudian ketika di titrasi dengan AgNO3 terjadi endapan kerahan. SARAN Untuk asisten Pertahankan cara mnembimbingnya k’ Untuk laboratorium Di harapakan untuk di lengkapi lagi alat dan bahannya. DAFTAR PUSTAKA Day dan underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga. Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Edisi III. Jakarta. Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Setiono,dkk. 1979. Vogel I edisi ke V . Jakarta. PT Kalman Media Pusaka. SKEMA KERJA 250 MG Natrium Lautril Sulfat + 25 ml H2O Erlenmeyer + HNO3 encer ( untuk penetralan pH ) + indicator kalium kromat 5% 5 tetes Titrasi AgNO3 0,1 N( sampai penuh ) TAT endapan kemerahan dhyplo
Langganan:
Komentar (Atom)